Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Pertama Ketinggalan Pesawat

Ihsan ketinggalan pesawat
- Oleh Ihsan Maulana

Motor yang saya tumpangi mengebut, meliuk-liuk di atas jalan-jalan berbantal polisi tidur. Saat macet, motor itu lincah berjalan di trotoar. Pengendaranya tak ingin menurunkan kakinya. Motor terus melaju. Ya, motor itu adalah ojek yang mengantarkanku ke bandara Soekarno-Hatta. Jam boarding pesawat sudah dekat. Jam segini, jam macet, bunuh diri namanya kalau saya dan teman saya memilih taksi.

Maka ojek adalah solusi efektif. Saya tak peduli wajah saya tercambuk-cambuk ranting pepohonan yang kami lewati.

Saya melihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 4.30. Maka saya pun membisikkan dua kata, “Agak cepat.” Kontan, motor itu semakin menggila. Jempol kiri tukang ojek itu tak letih-letihnya membunyikan klakson. Jantung ini rasanya semakin berdebar melihat gaya nyetirnya. Tapi apa boleh buat.

Saat jam menunjukkan pukul lima sore, kami baru sampai di tempat tujuan. Semoga tidak terlambat check -in, semoga tidak terlambat check-in. Saya pun berjalan setengah berlari. Sesampai di depan petugas check-in bandara, saya bilang, "Masih bisa check-in?"

Petugas maskapai itu berkata, "Jangankan check-in, pesawat Anda saja sudah berangkat.”

Lemaslah saya.

Setelah dari Tanggerang Selatan melakukan “balap motor” ala ojek menuju Cengkareng, semua sia-sia. Melayanglah satu juta lebih uang tiket saya berdua. Tapi selalu ada terang sehabis gelap. Alhamdulillah, uang tiket saya dikembalikan penuh oleh pihak maskapai.

Selanjutnya sebagai hukuman atas keleletan teman saya yang membuat kami terlambat check-in, saya pun duduk bersila di atas trolly dan memintanya mendorong trolly yang saya duduki. Karena jujur, saat itu saya letih sekali. Hitung-hitung, memberi pelajaran berharga bagi teman saya yang seorang Gus (anak kiai/tokoh agama) di Jawa timur yang sehari-harinya selalu dilayani oleh abdi dalem itu.

Tapi tak beberapa lama, saya kasihan sendiri melihatnya. Kemudian saya menraktirnya makan di KFC bandara. "Lain kali, harus bisa lebih menghargai waktu ya, Gus...."

Post a Comment for "Pengalaman Pertama Ketinggalan Pesawat"