Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Survei Berhadiah Kompor dari "Unilever"

Korban penipuan kompor ajaib
Beberapa pekan yang lalu, saya melamar pekerjaan di sebuah perusahaan di Sumur Panggang. Lowongannya adalah posisi Admin, jadi saya melamar ke sana sebagai admin. Tak tahunya, saya langsung disuruh tes dengan terjun ke masyarakat mengamati perilaku konsumen.

Saya ikut Mbak Peggy (bukan nama sebenarnya) dan beberapa rekan sesama orang baru ke daerah Brebes. Sambil membawa lima kompor gas baru, kami memasuki rumah demi rumah di daerah pelosok untuk menyurvei entah apa. Menemui ibu-ibu, kami mengobrol ngalor-ngidul. Kemudian, sampailah pada pertanyaan, "Pasta gigi merek apa yang Ibu pakai?"

Perempuan itu menjawab, "Ndak mesti. Kadang Pepsoden, kadang Ciptaden."

Mbak Peggy menyahut, "Wah, hebat! Yang Ibu sebutkan adalah produk Unilever. Karena itu, Ibu berhak mendapatkan kompor gas dari Unilever!"

Lalu Mbak Peggy keluar dan menyuruh rekannya membawa masuk kompor gas yang dimaksud. Tak lupa, dia menjelaskan bahwa kompor tersebut mahal. “Harganya Rp1.8000.000,” infonya. “Tapi berhubung Ibu sedang beruntung mendapatkan hadiah, Ibu cukup membayar pajak hadiahnya saja sebesar 400.000. Wow, selamat ya, Bu….”

Saya tahu, kompor itu aslinya cuma seharga 150.000. Tapi, ibu malang itu dipaksa dengan cara halus untuk menyerahkan uang 400.000.

Cara meyakinkan para korban adalah dengan memberi formulir palsu. Lalu mereka dan tetangganya difoto, untuk memberi kesan bahwa mereka benar-benar sedang beruntung memperoleh hadiah itu. Tak lupa embel-embel, “Hanya orang-orang tertentu yang kami beri hadiah.”

Sore itu, kebetulan ponsel tim saya mati semua. Mereka meminjam ponsel saya untuk memotret. Jadilah saya punya foto mereka sebagai dokumentasi penipuan itu.

Sudah enam rumah yang kami datangi mulai pagi sampai sore. Kami berhasil “menjual” empat kompor. Kasihan korban-korbannya. Ada yang tidak punya uang 400.000 sampai bela-belain meminjam tetangga. Ada pula yang sampai memecah celengannya. Tega sekali para penipu itu. Saya berharap, semoga tim ini cepat bubar.

Sebarkanlah bila tak ingin kerabat atau tetangga Anda mengalami nasib serupa.

- Sebagaimana dituturkan oleh Yolandha Destri Afiani melalui akun Facebook-nya. Kata-katanya kami ubah seperlunya.

Post a Comment for "Survei Berhadiah Kompor dari "Unilever""