Bangga Dong Jadi Orang Indonesia
Beberapa hari lalu, saya terlibat perdebatan sengit dengan seorang teman Mesir yang anti Mursi. Kami membahas mulai dari sulitnya rekonsiliasi di Mesir sampai tentang beberapa negara di Afrika yang merangkak dari bawah. Dari situ, saya melihat Indonesia sebenarnya sudah berada di jalur yang tepat.
Kesalahan di sana-sini tentu ada, korupsi dan pngli pun masih di mana-mana. Tapi paling tidak, kita masih lebih baik dibanding negara-negara tadi.
Saya juga berdiskusi panjang dengan beberapa teman dari India. Satu hal yang membuat saya kaget adalah saat mereka berkata, “Kami ini negara besar. Militer kami sangat kuat. Kami sebenarnya bisa saja menghancurkan Pakistan, kalau mau. Untuk pertumbuhan ekonomi, sekarang posisi kami hanya segaris di bawah Cina. Bahkan Amerika mulai menyadari dan mewaspadai kekuatan-kekuatan kami ini.”
Sebuah pernyataan penuh percaya diri yang jarang saya rasakan dari seorang Indonesia. Bukannya di Indonesia tidak ada orang-orang semacam ini, tapi jarang sekali orang Indonesia yang tidak merasa inferior di depan bangsa-bangsa besar.
Mungkin baru seorang Indra Sjahfri, pelatih Timnas Indonesia U-19, sepekan sebelum berlaga melawan timnas juara 12 kali Korea Selatan. Atau Hendi Setiono, pemilik Kebab Turki Baba Rafi. Atau beberapa gelintir tokoh lainnya.
Ya, hanya segelintir orang yang bangga sebenar-benarnya dengan keindonesiannya. Umumnya merasa, “Ya sudahlah. Memang takdir kita di bawah.” Aduh, sikap macam apa ini?
Di sini, di Kanada, saat sebagian bule menduga saya dari Malaysia dan mulai memuji-muji negeri jiran itu, sebenarnya saya sedikit tersinggung di balik senyuman basa-basi saya. Biasanya, saya kemudian langsung bilang bahwa saya orang Indonesia, bukan Malaysia.
Saya jelaskan, “Indonesia bukan Malaysia, meskipun kami serumpun. Indonesia punya keindahan alam yang tiada duanya di planet ini. Mempunyai lebih dari 17.500 pulau, sehingga menjadikan kami negara dengan pulau terbanyak di dunia. Memiliki iklim dan hasil bumi yang didambakan oleh negara-negara di Eropa maupun Amerika.
Terbukti, mereka berusaha menjajah Indonesia beberapa abad silam. Bahkan hingga kini, lihatlah, hampir semua tambang emas dari Sabang sampai Merauke adalah milik asing: Amerika, Australia, Prancis, Cina....”
Tak ketinggalan, saya juga sampaikan, “Kami juga mulai punya banyak program pengamanan sosial dan pemberdayaan sosial. Sekolah-sekolah negeri kami pun mulai gratis untuk semua kalangan. Perguruan-perguruan tinggi memang masih mahal, tapi dari dulu banyak beasiswa betebaran bagi para mahasiswa yang kurang mampu.”
Benar bukan apa yang saya katakan? Saya tidak ngecap, kan? Bagaimanapun, intinya, saya bangga menjadi warga Indonesia. Kalaupun saya dilahirkan kembali dan bisa memilih, niscaya saya akan tetap memilih untuk dilahirkan di Indonesia.
Post a Comment for "Bangga Dong Jadi Orang Indonesia"
Butuh artikel-artikel semacam ini? Atau, punya ide membuat buku tetapi kurang bisa menulis? Tidak sempat? Kami bersedia membantu menuliskannya secara profesional. Kami juga menyediakan jasa editing maupun rewriting tulisan dalam bahasa Indonesia maupun Inggris.