Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jadi Bank Perkreditan untuk Diri Sendiri, Yuk!

Jadi Bank Perkreditan untuk Diri Sendiri, Yuk!
- Oleh Arta Nusakristupa

Percayakah Anda, terkadang menabung atau berinvestasi itu hanya pintar-pintarnya kita mengakali diri sendiri. Anda mungkin memiliki banyak uang di bank. Tapi merasa sayang memakainya, atau tidak tahu cara mengelolanya. Walhasil, tiap bulan, Anda menabung terus. Lalu mendepositokannya. Menabung lagi, mendepositokan lagi. Monoton! Uang Anda pun tidak berputar dengan sehat.

Ini biasanya terjadi pada orang-orang yang sudah mulai mapan tapi masih jomblo. Mereka tidak tahu mau menghabiskan uang buat apa atau buat siapa. Mau menghabiskan pun ragu, jangan-jangan nanti ada butuhnya. Jangan-jangan nanti datang jodoh keren yang mendadak mengajak menikah. Makanya, mau membelanjakan uang agak banyak ketakutan, mau menabung terus pun merasa, “Ngapain juga hidupku semenyedihkan ini!”

Untuk mengatasi kondisi dilematis ini, bagaimana kalau Anda mencoba berinvestasi dengan cara yang tidak biasa? Investasi ini dijamin aman 100 persen! Investasi apa itu? Yaitu inverstasi membangun bank. Tapi, nasabahnya khusus untuk diri Anda sendiri.

Pasti Anda punya kebutuhan besar, entah itu membeli sepeda motor, mobil, emas, tanah, apartemen, atau apa sajalah. Nah, belilah. Tapi jangan pinjam bank biasa untuk pembelian itu. Jangan kredit di tempat lain. Kreditlah di bank Anda sendiri! Kan Anda punya uang nganggur.

Misalnya, Anda mau beli sepeda motor seharga 20 juta. Ambil saja dananya dari tabungan Anda. Tapi tekenlah kontrak dengan bank Anda. Nanti, pihak “bank” (yaitu Anda sendiri) akan membeli kontan 20 juta ke dealer motor. Kemudian di-mark-up untuk keuntungan bank menjadi 24 juta. Si “nasabah” (yaitu Anda sendiri juga) harus mencicil 25 juta itu selama, katakanlah, setahun. Jadi, 24 juta dibagi 12 bulan. Jatuhnya cicilan setiap bulannya adalah 2 juta.

Deal! Sepeda motor pun segera nagkring di rumah Anda. Sementara itu, sebagai “nasabah”, Anda harus disiplin menyetor cicilan sebelum tanggal 10. Pada akhir tenor, pihak “bank” akan untung 5 juta. Yang artinya, tabungan Anda bertambah 4 juta dalam setahun. Asyik, kan?

Cara cicilan ini, bagi yang peduli dengan sistem keuangan yang sesuai syariah, juga bebas dari riba. Sistem perbankan syariah sebenarnya sesederhana itu. Ada kesepakatan tentang angka dan jangka pembayaran yang jelas. Dalam contoh motor tadi, angka yang disepakati adalah 24 juta (dari harga awal 20 juta), dicicil selama 12 bulan, pembayaran flat (tanpa bunga) sebelum tanggal 10.

Kalau menggunakan sistem konvensional, bisa juga. Tapi ruwet, karena bunganya naik-turun mengikuti suku bunga Bank Indonesia. Selain riba, itu juga mengandung unsur gharar (perjudian).

Bagaimana dengan keuntungan yang berlebihan? Empat juta dari 20 juta itu 20 persen! Margin setebal itu, bukankah itu tidak syar'i? Karena nasabahnya Anda sendiri dan banknya Anda sendiri, seharusnya tidak ada yang keberatan soal ini. Ikhlas 100 persen, bukan? Tanpa keterpaksaan, tanpa risiko, dan tak mungkin juga ada penipuan antarpihak yang terlibat.

Kunci dari “permainan investasi” ini, kita harus disiplin dengan kepribadian ganda sebagai kreditur sekaligus debitur. Kalau Anda bisa konsisten memerankan sandiwara ini hingga akhir periode kerjasama, problem di awal tulisan otomastis terpecahkan. Tabungan Anda tidak tertimbun tanpa guna. Namun juga tidak terhambur-hamburkan tanpa guna. Bahkan nilainya akan terus bertambah seiring semakin seringnya si “nasabah” berutang.

Bagaimana? Tertarik mencoba metode investasi yang unik ini?

Post a Comment for "Jadi Bank Perkreditan untuk Diri Sendiri, Yuk!"