Modus Penipuan: Like-Subscribe YouTube, Bisa Dapat Puluhan Hingga Ratusan Ribu

Modus penipuan ini sudah terjadi sejak tahun 2023, atau bahkan lebih lama. Yang jelas, modusnya masih dipakai hingga hari ini, dan masih banyak menelan korban juga. Terakhir, terjadi awal tahun 2025 ini, dan kebetulan menimpa tim kami, sebutlah bernama Wulan.
Mengaku sebagai agen digital marketing, seseorang yang mengaku bernama Vina menelepon dan menjanjikan pekerjaan sederhana. Katanya, “Hanya dengan subscribe dan like dua video klien kami di platform YouTube, Ibu bisa mendapatkan komisi Rp9.800.”
Angka 9.800 memang kecil, tetapi melihat tugasnya yang sepertinya dapat diselesaikan dalam waktu tidak sampai satu menit, siapa yang tidak tergiur? Apalagi Vina menjanjikan akan ada setidaknya 10 tugas per hari selama sepekan. Belum lagi, bonus-bonusnya!
Alur Penipuan Kerjaan Like YouTube

Sebelumnya, korban yang berani angkat suara soal ini hingga viral di platform X adalah Syifa Giarsyah (@GiarsyahSyifa). Ia terkena tipu hingga Rp21 juta pada 7 Mei 2023. Ia bahkan sudah melapor ke polisi, tetapi hingga dua pekan, tidak ada titik terang. Makanya, ia membongkarnya di X.
Kronologinya sangat mirip dengan yang dialami tim kami. Begini alur penipuan Modus “Kerjaan Like Youtube” menurut sudut pandang Wulan. Kami berikan lengkap dengan poin-poin menarik yang membuat korban terpikat, supaya Anda tidak ikut terbujuk juga.
Semua nama di sini, baik orang maupun perusahaan, kemungkinan besar nama fiktif.
1. Ditelepon (14 Januari 2025)
Awalnya, ponsel Wulan dihubungi oleh Vina dari Atria Creative. Agensi marketing itu sedang mengerjakan kampanye marketing bertajuk Algoritma, Traffic, Rating e-Commerce, dan Media Digital. Karena itu, ia membutuhkan banyak orang yang memiliki akun YouTube seperti Wulan.
Vina sang Sales menanyakan, apakah Wulan mau melakukan pekerjaan yang simpel tetapi berkelanjutan? Tugasnya hanya like dua video di YouTube dan subscribe kanal klien mereka. Lalu, menangkap layar (screenshot) dan mengirimkannya sebagai bukti telah menyelesaikan tugas.
Begitu bukti sudah diverifikasi, tim finansial mereka akan mentransfer honornya (Rp9.800), plus bonus (Rp20.000) karena sudah bergabung sebagai anggota. Pembayaran bisa melalui bank konvensional maupun e-wallet seperti GoPay, OVO, Dana, dll.
Jika setuju, Vina meminta Wulan memberikan nomor WhatsApp (WA) untuk tugas pertamanya. Karena penasaran dan melihat tidak ada ruginya dicoba, Wulan pun mengiyakan.
Poin Menarik: Kerjaan ringan, hasil meskipun receh tetapi bisa berkali-kali. Tidak ada risiko. Kalau pun terlanjur menonton videonya, klik like dan subscribe, tetapi ternyata honornya tidak ditransfer, paling-paling hanya rugi waktu beberapa menit dan sedikit kuota internet.
2. Diarahkan ke WhatsApp
Di WA, profil Vina tampak profesional. Berjilbab, cantik, dan berbusana seperti orang kantoran. Ia memberikan tautan YouTube untuk ditonton, sebagai tugas pertamanya.
Wulan pun mengerjakannya. Satu video berupa iklan produk furnitur terkenal di Indonesia, satunya lagi iklan produk elektronik multinasional. Tanpa ragu, Vina subscribe kanal dua “klien” besar tersebut. Tak lupa, ia juga melakukan tangkapan layar. Lalu, mengirimkannya ke WA Vina.
Vina pun menjawab, “Terima kasih telah menyelesaikan tugas ini. Namun, karena WA tidak bisa menampung banyak video, silakan berhubungan dengan resepsionis kami di aplikasi Telegram. Namanya Riska Adeline. Sekalian Ibu beri tahu nomor rekeningnya di sana, agar komisinya bisa segera ditransfer.”
Sales itu juga menambahkan, kalau belum instal Telegram, silakan unduh dahulu. Telegram itu syarat mutlak, karena tugas-tugas selanjutnya akan disampaikan melalui grup Telegram. Sebagai pengganti ongkos repot menginstal, Vina akan memberikan bonus Rp20.000.
Poin Menarik: Responsnya selalu cepat. Foto Vina juga cantik, berjilbab (tampak religius), dan berbusana seperti orang kantoran (tampak profesional). Video YouTube yang ditonton adalah jenama-jenama terkenal, membuat kredibilitas penipu terangkat. Korban akan cenderung berpikir, “Wah, ternyata klien-kliennya boleh juga!” Di luar itu, ada bonus lagi buat instal aplikasi Telegram.
3. Mendaftar keanggotaan di Telegram
Karena sudah memiliki Telegram, Wulan langsung menghubungi sang Resepsionis, Riska Adeline. Sama seperti Vina, foto Riska juga tampak seperti orang kantoran, jauh dari penampilan penipu.
Di sana, Wulan mengatakan sudah mengerjakan tugas pertama dan menagih komisinya. Riska pun tanggap meminta Wulan untuk mengisi data diri yang meliputi:
- Nama Telegram
- Umur
- Kota
- Pekerjaan
- Nomor WhatsApp
- Nama Rekening
- Bank/E-Wallet
- Nomor Rekening
Setelah mengisi formulir itu, dalam waktu tidak sampai lima menit, Wulan melihat saldo di rekeningnya sudah bertambah Rp50.000. Pentransfernya adalah Visionet Internasi. Terlihat benar-benar profesional! Meski kalau kita jeli, nama perusahaan ini berbeda dengan perkenalan sebelumnya, yakni Atria Creative.
Wulan berhitung dalam benaknya, “Job klik video 9.800, bonus join 20.000, dan bonus install Telegram 20.000. Totalnya 49.800!” Wulan bersorak girang. Tugas yang hanya dikerjakan dalam lima menit itu menghasilkan Rp50.000.
Riska akan menyampaikan tautan tugas-tugas selanjutnya di grup Telegram. Alasannya, supaya Wulan dan anggota lainnya bisa bergerak serempak saat ada kampanye marketing. Masuk akal!
Wulan pun langsung bergabung, supaya tidak ketinggalan tugas-tugas berikutnya.
Di dalam grup tersebut, ternyata anggotanya sudah puluhan, bahkan ratusan. Mereka juga bersahut-sahutan membahas tugas. Juga konfirmasi bahwa transfer sudah dilakukan. Percakapannya kondusif dan produktif. Bertambah yakinlah Wulan dengan sistem ini.
Poin Menarik: Komisi benar-benar dibayar segera. Hitung-hitungan komisinya pun terlihat masuk akal. Selain itu, ada social proof: ratusan anggota lain di grup saling bersahutan memamerkan aktivitasnya terkait penugasan.
4. Diperlakukan dengan baik
Dari jam ke jam, tugas-tugas diberikan secara rutin via grup. Pembayaran pun lancar, dirapel setiap dua tugas atau empat video.
Pikiran Wulan melayang-layang, betapa enaknya pekerjaan semacam ini. Tanpa sadar, ia sudah ketagihan. Tiap jam, ia membuka Telegramnya sekadar untuk melihat apakah sudah tersedia tugas baru.
Tak terasa, sudah pukul 18.40. Ia kecewa mengetahui bahwa Tugas 10 merupakan tugas terakhir hari itu. Ia baru mengumpulkan Rp178.000 di rekening banknya. Namun, sang resepsionis mengatakan, besok masih ada tugas-tugas lainnya. Kampanye ini akan berjalan 4-7 hari, tergantung kontrak agensi dengan perusahaan klien.
Asa Wulan kembali membuncah. Ia baru tahu ada perusahaan seprofesional dan sebaik ini terhadap tenaga freelancer atau outsource yang bahkan tidak pernah ditemuinya. Apalagi pada pukul 20.00, Riska mengirim ucapan simpatik seperti ini:
Poin Menarik: Selain diperlakukan profesional (komisi lancar), anggota juga diperlakukan seperti keluarga. Jika ada yang masih bingung, resepsionis akan menjelaskan dengan sabar dan informatif. Setiap berhasil menyelesaikan tugas, resepsionis juga mengucapkan terima kasih. Bahkan, ia juga sempat memberi ucapan selamat malam.
5. Tugas Ekstra (15 Januari 2025)
Riska benar-benar membuktikan janjinya. Keesokan harinya, sebelum pukul 9.00, ia sudah menyapa Wulan begini:
Hanya dengan mengucapkan halo, Wulan sudah mendapat 10.000 pagi itu. Ia makin semringah. Tugas 1-3 pun dikerjakan tanpa kendala.
Namun, Tugas 4 aturannya berbeda. Riska meminta semua anggota grup untuk menghubungi sang Pemandu, Almira Salwa. Riska sengaja menangguhkan komisi dan bonus sebelumnya, dengan alasan akan dirapel dengan komisi Tugas 4.
Tanpa pikir panjang, Wulan menemui sang pemandu melalui akun Telegramnya. Di sana, Almira menjelaskan bahwa perusahaannya sedang dalam tahap pengujian internal untuk meningkatkan volume transaksi pemasok (supplier). Karena itu, perusahaannya membutuhkan banyak orang untuk mengetesnya.
Kalimat yang sebenarnya lebih panjang-lebar dan membingungkan. Mungkin sengaja dibuat seperti itu agar korban merasa sedang berhadapan dengan korporasi besar (yang memang bahasanya biasanya ruwet begitu).
Anggota diminta untuk mendaftar di sebuah situs web yang namanya mirip dengan salah satu lokapasar (marketplace) terkenal di Indonesia. Namun, Wulan jadi curiga karena ada salah eja di domain itu.
Logikanya, tidak mungkin perusahaan besar bisa salah memilih nama domain begitu. Sebab, minimal mereka didukung editor-editor andal yang melek bahasa.
Penampakan situs web itu pun jauh dari profesional, baik tulisannya maupun desainnya.
Kecurigaan kian menyeruak ketika Wulan mengetahui detail Tugas 4. Intinya, anggota diminta deposit di akunnya, dengan cara mentransfer ke rekening perusahaan di Bank CIMB Niaga, tetapi atas nama pribadi. Terdapat tiga opsi nominal deposit:
- Rp99.000
- Rp249.000
- Rp490.000
Setelah deposit berhasil, Almira meminta Wulan memesan produk unggulan melalui dasbor situs tersebut. Kalau sudah, dan dibuktikan dengan tangkapan layar, Almira akan mengembalikan deposit itu utuh. Lalu, Wulan bisa withdraw (menarik dana) ke rekeningnya lagi. Uang dijanjikan akan cair dalam 10-60 menit.
Begitu dana cair, anggota diminta melapor lagi ke Riska sang Resepsionis. Saat itu, tim finansial akan mengirimkan bonus sebesar 30% dari apapun opsi yang dipilih.
Langkah-langkah ini makin mencurigakan. Tidak jelas apa gunanya. Apa tujuannya?
Namun, Wulan berkeyakinan, “Kalau mereka penipu, mereka takkan kabur di tahap ini. Hari masih terlalu pagi. Pendapatan mereka pun masih tanggung. Belum, belum! Mereka masih perlu membangun kepercayaan anggota-anggota!”
Atas pemikiran itulah, Wulan berani memilih opsi deposit tertinggi, yakni Rp490.000. Seandainya ia harus kehilangan uang 490.000, itu tidak terlalu besar. Toh, kemarin ia untung 178.000!
Keputusan Wulan benar. Tidak sampai 5 menit, uang 490.000-nya kembali ke pelukannya, plus bonus 147.000 (30% dari 490.000). Riska masih menambahkannya dengan ucapan, “Terima kasih telah membantu meningkatan traffic dan situs web serta membantu Bisnis UKM kecil.”
Senyum Wulan melebar. Namun, benih-benih kecurigaan tidak bisa dihapus begitu saja. Apalagi Tugas 7 merupakan tugas ekstra serupa. Dan opsi depositnya dinaikkan:
Kali ini, Wulan lebih waspada. Namun, ia tetap penasaran. Dengan keyakinan yang sama, yakni mereka takkan kabur atau beralasan macam-macam (seperti bank sudah tutup) karena hari masih pukul 12.54, ia ikut lagi.
Akan tetapi, ia mengambil opsi deposit terendah: Rp490.000, sama seperti Tugas 4. “Biarlah penghasilannya hanya 98.000, yang penting jika tertipu, aku enggak akan terlalu meratap. Toh, hari ini aku sudah mengantongi bonus 147.000 lebih!”
Sekali lagi, kekhawatirannya tidak terbukti. Dana deposit bisa dicairkan utuh, plus bonus 98.000.
Namun, akal sehat Wulan terus berontak. Hanya dengan kerjaan simpel dan cepat begini, ia bisa mendapatkan ratusan ribu? Dari keuntungan mana perusahaan itu bisa membayar para anggota? Halalkah uang ini? Ia pun ingat petuah mantan bosnya di kantor, “If something looks too good to be true, then it’s not true!”
Poin Menarik: Kekhawatiran anggota tidak terbukti. Alih-alih uang deposit hilang, justru balik dengan bonus seperti yang dijanjikan. Banyaknya anggota yang memamerkan bukti bonusnya di grup membuat lebih banyak lagi anggota yang akhirnya percaya dengan agensi ini.
6. Sanksi buat yang sengaja melewatkan tugas
Di Tugas 9, Wulan menerima undangan dari Riska untuk mengikuti “🎁Event 8th Anniversary Everyone's a Winner🎁”.
Selamat saya akan mengundang kakak, Rebut dan Dapatkan kuota terbatas dengan keuntungan 40% dan Bonus tambahan Rp.300.000 (KUOTA TERBATAS SISTEM KUERI) Dan bagi member yang belum beruntung jangan bersedih, kami menyediakan Hadiah Hiburan untuk semuanya"
Wulan spontan menggumam, “Apa lagi ini? Kalau keuntungan 40%, berarti depositnya berapa? Pasti jutaan!” Akhirnya, ia tidak menanggapi undangan itu.
Riska pun menanggapi setengah mengancam, kalau tidak ikut,
“Sangat disayangkan jika kakak melewatkan kesempatan ini, karena bonusnya 40%! Ini hanya setahun sekali, Kak. Di samping itu, kalau tidak ikut, komisi Tugas 9 tidak bisa diklaim. Kakak akan kehilangan Rp42.900 (komisi Tugas 8) + Rp300.000 (bonus 8th Anniversary).”
Wulan bergeming. Sebab, risikonya akan terlalu besar. Ia juga jadi tahu, inilah yang terjadi jika ada anggota menolak mengikuti permainan mereka. Komisi tugas-tugas sebelumnya akan ditangguhkan!
Bagi Wulan, tidak masalah komisinya tidak dibayar, toh ia hanya menonton video YouTube selama beberapa detik dan like. Tidak ada kerugian material yang signifikan di pihaknya. Namun, kalau sampai setor jutaan rupiah dan ternyata mereka benar-benar penipu, itu akan jadi pukulan yang menyakitkan kaum menengah seperti dirinya.
Riska dan kawan-kawan rupanya sudah bisa memprediksi dengan orang-orang yang masih menggunakan rasionya seperti Wulan. Maka di Tugas 11 (sekitar pukul 16.50), mereka merilis tugas ekstra lagi. Iming-iming total pendapatannya pun tidak main-main: Rp.112.900!
Poin Menarik: Bagi orang yang serakah, gelap mata, tidak menggunakan akal sehat, FOMO (takut ketinggalan sesuatu), kesempatan ini pasti langsung disambar.
7. Bungkus! Saatnya grup ditutup dan kabur
Lama merenung dan meriset, akhirnya Wulan memutuskan berhenti. Ketika ditanya, ia beralasan tidak ada uang sebesar itu.
Di luar dugaan, Riska malah mengeluarkan pertanyaan blunder: “Berapa saldo yang Kakak miliki saat ini?” Saat itulah Wulan tersadar, mereka memang penipu. Bagaimana mungkin perusahaan besar berkompromi ala preman seperti itu? Seakan mengatakan, “Berapa ajalah, sini, kasihkan ke aku!”
Benar saja. Setelah beberapa jam sengaja tidak menanggapi Riska, Almira, maupun Vina yang bergantian menanyakan apakah Wulan sudah mengerjakan Tugas 11, ia tidak lagi menemukan grup itu di Telegram. Mungkin sudah dihapus.
Terakhir, Riska di sana mencoba memenangkan, “Mohon maaf kalau ada sedikit keterlambatan, karena sistem sedang ada sedikit gangguan.” Tak lupa, ia juga mengulang janjinya bahwa uang + bonus akan ditransfer paling lambat 10-60 menit.
Faktanya, tidak sampai 60 menit, grup telah hilang. Wulan langsung mendelik, tersentak. Ia tidak rugi apapun, bahkan untung 400 ribuan dari mereka. Namun, ia prihatin dengan anggota-anggota yang terlanjur menyetorkan hingga puluhan juta.
Jangan Terhasut oleh Kerjaan Berkedok Like YouTube

Wulan dapat lolos dari penipunan karena ia orang yang penuh perhitungan. Ia terngiang-ngiang oleh petuah:
- Ustaznya: Penghasilan harus halal dan thayyibah. Kita harus selalu tahu, dari mana kita dapat uang. Kalau kamu ikut perusahaan, cari tahu perusahaanmu dapat uang dari mana. Apakah halal? Apakah cara memperolehnya juga baik? Kalau mengandung unsur haram, atau abu-abu, sebaiknya tinggalkan saja. Carilah pekerjaan lain!
- Mantan atasannya: Jika sesuatu terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, berarti itu tidak nyata. Alias tipu-tipu belaka!
- Artificial Intelligence (AI). Ya, Wulan sempat berkonsultasi dengan Meta AI melalui obrolan di Instagramnya saat bimbang.
Sekalipun Wulan bolak-balik meyakinkan bahwa agensi ini benar-benar membayar sesuai janjinya, AI itu justru terus meyakinkan sebaliknya, "Hal itu bukan jaminan dana Anda aman. Bisa saja dana untuk membayar Anda diambilkan dari hasil penipuan mereka di tempat lain. Hal ini lazim dalam Skema Ponzi atau money game."
Lebih lanjut, AI itu mengajukan beberapa pertanyaan kepada Wulan. Ketujuh pertanyaan ini dapat menjadi check-list jika Anda berhadapan dengan penipu sejenis:
- Apakah menurut Anda masuk akal berinvestasi dengan keuntungan 30% dari uang modal Anda dalam waktu sesingkat itu?
- Apakah Anda memahami sumber pendapatan mereka?
- Apakah perusahaan mereka telah diakui oleh Kementerian Perdagangan atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?
- Adakah kontrak kerja tertulis yang transparan antara Anda dan mereka?
- Bagaimana situs web dan media sosial mereka?
- Apakah tertera alamat jelas, nomor telepon, dan izin usaha di sana?
- Adakah reviu atau testimonial dari pihak independen tentang mereka?
Semoga dengan artikel ini, tidak ada lagi korban-korban yang lain.
Post a Comment for "Modus Penipuan: Like-Subscribe YouTube, Bisa Dapat Puluhan Hingga Ratusan Ribu"
Butuh artikel-artikel semacam ini? Atau, punya ide membuat buku tetapi kurang bisa menulis? Tidak sempat? Kami bersedia membantu menuliskannya secara profesional. Kami juga menyediakan jasa editing maupun rewriting tulisan dalam bahasa Indonesia maupun Inggris.