Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Web3: Era Baru Internet yang Mengembalikan Kuasa ke Tangan Pengguna

Mengenal Web3: Era Baru Internet yang Mengembalikan Kuasa ke Tangan Pengguna

Pernah membayangkan data dan konten Anda di jagat maya benar-benar menjadi milik Anda? Bukan milik raksasa-raksasa teknologi itu. Foto-foto Anda bukan milik Instagram, video Anda bukan milik YouTube, dan seterusnya. Milik Anda sepenuhnya! Inilah janji besar di balik Web3, alias web generasi ketiga.

Web3 bukanlah sekadar pembaruan, melainkan sebuah lompatan paradigma yang bertujuan untuk membangun internet yang lebih adil, transparan, dan terdesentralisasi. Mari kita bahas dengan bahasa yang sederhana.



Perjalanan Evolusi Internet

Perjalanan Evolusi Internet

Untuk memahami apa itu Web3, kita perlu melihat kembali perjalanan internet hingga saat ini. Evolusi ini dapat kita bagi menjadi tiga tahapan perkembangan.

Web1: Internet statis yang Read-Only

Pada era 1990-an hingga awal 2000-an, internet adalah tempat yang pasif. Kita mengenalnya sebagai Web1, atau internet yang hanya untuk dibaca. Situs web pada masa itu ibarat brosur digital saja. Kita bisa mengakses dan membaca informasi, tetapi interaksi sangatlah minim.

Konten dibuat oleh segelintir pihak dan disajikan kepada audiens yang luas. Ibarat papan pengumuman raksasa yang bisa dilihat oleh semua orang, tetapi tidak seorang pun dari mereka bisa mengubahnya.

Web2: Internet sosial, interaktif, berkarakter Read-Write

Sejak sekitar tahun 2004, kita berada di fase Web2. Inilah internet yang kita gunakan sehari-hari. Contohnya, blog, YouTube, media sosial (medsos), seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya.

Di era ini, pengguna tidak lagi hanya menjadi konsumen, melainkan juga kreator. Kita bisa menulis, mengunggah foto, dan berinteraksi dengan bebas.

Namun, ada satu masalah besar di sini: meskipun kita yang membuat konten, datanya dimiliki dan dikendalikan sepenuhnya oleh platform tersebut. Mereka memegang kuasa untuk memonetisasi data kita, bahkan menghapus akun kita kapan saja.

Ini seperti kita beraktivitas di sebuah mal megah; kita bebas berkreasi, tetapi pemilik mal-lah yang memegang kendali penuh.

Web3: Internet terdesentralisasi berciri Read-Write-Own

Web3 kemudian hadir mengubah aturan main. Visinya adalah internet yang bisa dibaca, ditulis, sekaligus dimiliki. Berlandaskan teknologi rantai blok (blockchain), Web3 memungkinkan pengguna untuk tidak hanya membuat konten, melainkan juga benar-benar memilikinya.

Identitas digital, data, dan aset yang Anda miliki di Web3 dapat Anda bawa melintasi berbagai platform tanpa terikat pada satu entitas.

Analogi terbaiknya adalah sebuah pasar publik yang terdesentralisasi, di mana setiap orang memiliki kiosnya sendiri dan tidak ada satu pun pengelola pasar yang bisa mengusir mereka.

Pilar Utama dan Janji Web3

Pilar Utama dan Janji Web3

Visi Web3 yang revolusioner ditopang oleh beberapa konsep teknologi yang menjadi fondasinya. Apa saja pilar-pilar itu?

  • Desentralisasi: Ini adalah jantung dari Web3. Tidak ada peladen (server) pusat yang mengontrol data. Sebaliknya, informasi tersebar di ribuan komputer di seluruh dunia, menjadikannya sangat sulit untuk disensor atau dimatikan oleh satu pihak.
  • Kepemilikan Pengguna: Melalui dompet kripto, Anda memegang kendali penuh atas aset-aset digital Anda. Aturan main tidak lagi didikte oleh perusahaan, melainkan oleh kode program transparan yang disebut smart contract.
  • Transparansi: Setiap transaksi atau perubahan dicatat secara permanen di rantai blok dan dapat diverifikasi oleh siapa pun. Hal ini menciptakan ekosistem yang tidak memerlukan pihak ketiga sebagai penengah, atau sering disebut trustless.

Web3 memberi kita peluang untuk memiliki identitas digital yang berdaulat (Self-Sovereign Identity), media sosial terdesentralisasi (DeSo), gaming dan ekonomi kreator, penyimpanan data dan tata kelola (Governance), dan sebagainya.

Mata uang kripto (seperti Bitcoin, ETH, dll.) adalah "bahan bakar" yang siap menjalankan mesin Web3 ini. Fungsinya sebagai insentif, alat transaksi, maupun hak tata kelola (memiliki token kripto tertentu sering kali memberi Anda hak suara dalam sebuah DAO).

Penerapan Konsep Web3

Penerapan Konsep Web3

Beberapa contoh nyata dari penerapan konsep Web3 sudah mulai bermunculan dan dapat kita lihat hari ini. Antara lain:

  1. DeFi (Decentralized Finance): Layanan perbankan seperti pinjaman atau investasi yang berjalan tanpa perantara bank konvensional.
  2. NFT (Non-Fungible Token): Sertifikat digital yang membuktikan kepemilikan atas sebuah aset unik, mulai dari karya seni hingga item dalam gim.
  3. DAO (Decentralized Autonomous Organization): Organisasi yang dikelola oleh komunitasnya melalui mekanisme pemungutan suara yang tercatat di rantai blok.

Pada akhirnya, Web3 adalah sebuah gerakan menuju internet yang lebih demokratis. Meskipun jalannya masih panjang dan penuh tantangan, visinya jelas: mengembalikan kuasa atas dunia digital ke tangan para penggunanya. Menarik sekali menyimak hasil-hasil pengembangannya.

Post a Comment for "Mengenal Web3: Era Baru Internet yang Mengembalikan Kuasa ke Tangan Pengguna"