Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Seni Menggratiskan Suatu Produk

Gratis bukan asal gratis

Dulu, mungkin orang beranggapan menggratiskan barang dagangan itu tindakan bodoh. Merugikan! Pokoknya, lebih baik pelit daripada bangkrut. Tapi, paradigma tersebut pelan-pelan berubah. Didorong pula oleh nilai-nilai keagamaan (seperti prinsip berbagi dengan sesama, berzakat atau sedekah), sekarang justru sikap pelit diyakini bisa jadi bumerang bagi bisnis kita.

Chris Anderson, dalam bukunya Free: The Future of Radical Price, mengungkapkan bahwa setiap pemilik produk yang ingin sukses seharusnya mempertimbangkan strategi menggratiskan, alih-alih mengomersialkan secara terus-terusan. Tiba-tiba saja ungkapan yang sudah sering kita dengar, “Memberi dulu, menerima kemudian” jadi seksi kembali.

Kalangan internet marketer pasti sudah akrab dengan trik ini.

Trik?

Ya, kalau mau jujur, sebenarnya ini hanyalah trik.

Namanya juga bisnis, ujung-ujungnya pasti berusaha mencapai sukses penjualan. Maka tidak bisa kita asal memberi gratisan saja. Selalu ada perhitungan-perhitungan tertentu untuk mengembalikan biaya promosi. Umpamanya begini:

Gratiskan ini, jual yang itu

Satu produk diberikan secara cuma-cuma. Tapi ketika pelanggan mau produk lain, dia harus membelinya. Contohnya, kita berikan link download gratis game A buat pelanggan, full version! Tapi game X, Y, Z dan lainnya kita jual dengan harga normal.

Gratiskan dulu, bayar nanti

Produk tertentu diberikan gratis di awal, tapi untuk bisa terus menggunakannya dia harus membayar. Misalnya, promo domain gratis khusus pendaftar di bulan Agustus, katakanlah dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Gratisnya hanya setahun. Kalau domain itu sudah jatuh tempo, pemiliknya harus membayar untuk memperpanjang.

Gratiskan sebagian, sisanya bayar

Sebuah produk diberikan gratis bagi siapapun yang berminat. Tapi untuk mendapatkan konten atau fitur yang lebih lengkap, pelanggan harus membayar. Contoh yang paling sering kita lihat barangkali adalah teaser version dari e-book atau demo version dari software premium.

Gratiskan saja, biar orang lain yang bayar

Subsidi silang, gampangannya. Biasanya taktik ini dipakai oleh toko-toko online pada masa promosi. Misalnya, jilboobs gaul (hehehe) yang kurang laris kita diskon 50%. Memang tekor kalau ada yang beli, apalagi kalau banyak yang kemudian berbondong-bondong order. Tapi kerugian itu ditutup oleh penjualan item-item lain yang sudah laris.

Sebenarnya, masih ada banyak trik untuk memberikan gratisan kepada pasar Anda di dunia maya. Intinya, itu semua sebagai pancingan untuk memicu pembelian berikutnya. Juga memberi kesan bahwa kita adalah produsen yang peduli dan sayang terhadap konsumen kita. Karena itu, barang atau layanan yang digratiskan seharusnya yang berkualitas dan berguna.

Sebab kalau barang atau layanan tak bermutu yang digratiskan, bukan hanya tidak ada yang tertarik mengambilnya, citra brand kita pun bisa jatuh karena dianggap "nanggung" atau "tidak ikhlas" dalam memberi.

- Tulisan Win Andriyani

2 comments for "Seni Menggratiskan Suatu Produk"