Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

[Humor] Klinik Bergaransi Uang Kembali 2x Lipat

[Humor] Klinik Bergaransi Uang Kembali 2x Lipat

Kentang Ketintang sudah menganggur lebih dari dua tahun. Sewaktu melamar pekerjaan, dia selalu ditolak. Akhirnya, Kentang membuka klinik yang unik.

Di papan depan rumahnya yang sekaligus tempat praktiknya, dia menulis, “Dapatkan perawatan penyakit apa saja dengan membayar 1 juta. Dijamin tokcer! Jika tidak tokcer, uang Anda kembali 2 juta.”

Dokter Gombloh Mukio yang membuka praktik medis di Desa Wufi merasa tersaingi. Namun dia yakin, praktiknya Kentang ini bisnis abal-abal! Muncullah keinginan untuk mengerjai pengangguran yang coba-coba menjadi kompetitornya itu.

Selain itu, iseng-iseng berhadiah, “Siapa tahu dapat dua juta rupiah dengan mengerjai pengangguran itu,” pikir dr. Gombloh. Maka bermodal Rp1 juta di dompet, dia pun masuk ke klinik tersebut sebagai pasien.

“Lidah saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi, Mas Kentang. Mohon obatnya,” keluhnya.

Kentang mengangguk-angguk. “Perawat, tolong bawa botol obat nomor 13 dan berikan lima tetes ke Pak Gombloh, pasien kita.”

Endel Sakseswati, tetangga yang direkrutnya sebagai pegawai paruh waktu di klinik itu, melakukan apa yang diperintahkan. Lalu Dokter Gombloh berteriak sambil mengecap-ngecapkan mulutnya dan meludah-ludah. “Sialan! Ini bensin! Sampean kasih saya bensin? Mau bunuh saya, ya!”

“Nah, selamat! Lidah Anda sudah bisa mengecap kembali. Biayanya Rp1 juta, Pak.”

Dokter itu marah, tetapi kesulitan menyangkal. Dia pun membayarnya dengan terpaksa. Namun, dia berjanji akan menuntut balas.

Beberapa hari kemudian, Gombloh datang kembali ke klinik tersebut.

“Oh, Pak Gombloh?” sapa Kentang saat sang dokter masuk ke ruang praktiknya. “Ada keluhan apa kali ini, Pak Gombloh?”

“Eh, siapa? Sampean ngomong sama saya?”

“Iya, Anda. Pak Gombloh Mukio, kan?”

“Ng… saya tidak tahu, Mas,” Dokter Gombloh memegangi kepalanya. Ekspresinya tampak linglung sekali. “Saya… sepertinya kehilangan sebagian besar daya ingat saya, Mas. Saya tidak ingat apa-apa. Bahkan nama saya sendiri pun lupa. Terus, barusan saya melihat spanduk klinik ini dan mampir. Siapa tahu saya bisa sembuh di sini.”

Kentang manggut-manggut.

Mampus, kau, kali ini, Tang! tandas dr. Gombloh dalam hati.

“Baik, baik. Perawat, tolong bawa obat…”

“Lo, langsung obat? Denyut nadi atau tensi saya tidak diperiksa dulu?”

Kentang tersenyum. “Tidak perlu, Pak. Saya sudah tahu masalahnya.”

Gombloh tidak terima dengan prosedur asal-asalan yang diterapkan Kentang. Ini bisa berujung ke malapraktik! Namun, dia berusaha menahan diri.

“Perawat, ambilkan botol 13, ya. Lalu, minumkan ke bapak ini… lima tetes saja dulu.”

“Botol 13?!” sang dokter spontan mendelik. Dia tidak bisa menahan diri lagi. “Tapi, botol itu, kan, isinya bensin!”

Kentang tertawa lebar, “Waaaah, daya ingat Anda sudah pulih lebih cepat dari dugaan saya, rupanya. Selamat, Anda sudah sembuh, Pak Gombloh! Biayanya Rp1 juta."

Dokter itu marah-marah lagi. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Telah kehilangan dua juta, dia semakin penasaran dengan Kentang yang membuka praktik tipu-tipu ini.

Selang dua hari setelah itu, dia datang berobat lagi. Kali ini, Gombloh menyamar sebagai seorang tunanetra.

“Siapa namanya, Pak?” tanya Kentang.

Indra Sjahfri,” jawab Gombloh asal.

“Wah, Pak Indra! Anda rupanya baru kali ini datang di klinik saya,” sapa Kentang seraya menuntunnya menuju tempat duduk pasien. “Tapi jangan khawatir, Anda datang ke tempat yang tepat. Apa keluhannya, Pak Indra?”

“Tadi pagi, saya bangun dan tidak bisa melihat apa-apa. Saya buta mendadak! Tolong sembuhkan saya, Pak!” katanya, pura-pura panik di balik kacamata hitam dan kumis palsunya. “Tolong sembuhkan saya. Ini biayanya. Satu juta, kan?”

Kentang menerima uang itu. Namun, dia angkat tangan dan geleng-geleng kepala. “Wah, kalau ini, masalah serius. Terus terang, kami tidak memiliki obat untuk penyakit kebutaan. Jadi, sesuai janji kami, silakan ambil uang 2 juta ini dari saya. Ini, Pak, monggo!”

Gombloh menerimanya. Akhirnya, aku berhasil memperdaya si sok tahu ini! Lumayan, balik modal! batinnya. Lalu dia memeriksa amplop berisi uang itu. Namun, “Lo, ini kan uang saya sendiri! Dan ini cuma 1 juta?” protesnya.

Kentang langsung menyahut uang sejuta itu. “Luar biasa penglihatan Anda. Itu artinya Anda sudah sembuh. Saya pikir ini sulit, ternyata bisa juga disembuhkan. Oke, biayanya Rp1 juta, ini, ya! Terima kasih, Pak Indra.”

Gombloh pun membuka kacamatanya dan membanting kumis palsunya. Sambil berjalan pulang, dia bersumpah serapah sejadi-jadinya. Tiga juta duitnya telah melayang untuk pengangguran satu ini. Nasib, nasib….