Rahasia Indra Sjahfri dan Garuda Jaya
Secara mengejutkan, juara bertahan 12 kali Korea Selatan terjungkal di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Dalam laga kualifikasi AFC U-19 2014 itu timnas Indonesia berhasil memukul Ksatria Taekguk 3-2, dan mengudeta posisinya sebagai juara Grup G. Skor 3-2 mungkin bukan kemenangan yang fantastis. Tapi bila Anda melihat pertandingan itu, Anda mungkin tidak percaya itu adalah Indonesia vs Korsel. Mungkin Anda melihatnya sebagai Spanyol vs Korsel.
Ya, acung dua jempol buat Timnas U-19! Juara Piala AFF U-19 2013 itu selalu memperagakan sepakbola menyerang dengan pola 4-3-3. Tiki-takanya mantap, penguasaan bolanya jempolan, passing-nya berkelas internasional, eksekusi bola matinya mematikan, secara perawakan pun lumayanlah untuk mengimbangi tim-tim bule atau Arab (yah, dibanding skuad-skuad timnas Indonesia yang lain). Barangkali tidak berlebihan kalau beberapa penggila bola menyebut permainan mereka mirip Barcelona. Hanya, dengan wajah-wajah lokal Melayu.
Nah, bicara soal lokal, mari sekalian bicara rahasia di balik kesuksesan tim besutan pelatih Indra Sjahfri ini. Skuad Garuda Jaya bukan hasil proses instan mengambil pemain yang sudah jadi. Indra adalah pelatih yang anti naturalisasi sebagaimana program yang dirintis Nurdin Halid. Program yang terbukti melempem. Kita tahu, solusi instan tak pernah tahan lama.
Beda dengan Indra Sjahfri yang bela-belain blusukan ke daerah-daerah di Indonesia untuk mencari bakat-bakat baru. Tak kurang dari 43 daerah dia kunjungi. Ini tentu menguras waktu dan tenaganya. Konsekwensinya, waktu untuk keluarga jadi semakin minim. Sejak menanggani Timnas U-17 dan U-19, Indra Sjahfri mengaku hanya bisa kumpul keluarga sehari-dua hari. Selebihnya, “Komunikasi melalui teknologi.”
Kendala lain, di mata Indra, adalah pembiayaan. Waktu itu, PSSI mengalami kesulitan finansial. Indra Sjahfri pun nekat meminta bantuan pengurus-pengurus daerah supaya pencarian bakat ini bisa terus berjalan. Ternyata, mereka menyanggupi dan justru bersemangat.
Blusukan ini akhirnya menghasilkan tim Garuda Jaya yang kemarin malam kita saksikan keperkasaannya melumat tim K-Pop berkekuatan ginseng itu. Sebenarnya, tidak hanya 23 pemain yang diboyong saat piala AFF U-19 atau kualifikasi AFC U-19 itu, Indra Sjahfri masih punya stok puluhan pemain yang sewaktu-waktu siap dibentuk menjadi skuad pelapis.
"Timnas U-19 yang saya bawa untuk Piala AFF 2013 dan kualifikasi Piala AFC inilah representasi yang sesungguhnya dari Indonesia. Nyaris perwakilan semua daerah ada di sini," ucap Indra Sjahfri. Tapi jangan salah. Indra belum akan berhenti melancong mencari bibit-bibit baru. "Pemain terbaik anak bangsa di langit sekalipun akan saya cari. Kecuali yang naturalisasi. Saya tidak mau itu."
Hasil dari idealisme Indra Sjahfri telah kita saksikan bersama-sama. Dua gelar juara kelompok umur berhasil disabet. Pertama, The HKFA (Hongkong Football Association) International Youth Invitational Tournament U-17 dan The HKFA U-19. Berikutnya, gelar juara AFF U-19 dimana Indonesia, dari seluruh tingkat usia timnas, telah berpuasa gelar selama 22 tahun.
Setelah lolos sebagai salah satu finalis di AFC U-19 di Myanmar Oktober 2014 besok, Indra Sjafri optimis akan masa depan persepakbolaan Indonesia. Asalkan masyarakat tetap mendukung, asalkan kita tak tersentuh oleh kepentingan golongan, insya Allah bisa. Soal biaya urusan mudah. Toh buktinya ketika biaya seret dalam mempersiapkan timnas untuk HKFA lalu, dengan memanfaatkan pertemanan, kita masih bisa juara, kata Indra.
Pelatih berkumis ini optimis, bila PSSI mau melibatkan para pemangku kepentingan di daerah, ongkos mahal pembinaan sepakbola di daerah-daerah bisa ditekan. Dengan catatan, pelatih timnas ataupun pengurus PSSI mau terjun langsung ke daerah. “Juga menghilangkan budaya pemain-pemain titipan,” imbuh Indra seraya mengatakan bahwa pemain-pemain yang ada saat ini bukan jaminan akan dipakai terus. "Kalau dia tidak melahap porsi latihan saya, indisipliner, siap-siap saja saya tendang. Begitu juga ketika saya menemukan yang lebih baik."
Dengan penuh kepercayaan diri, pelatih kelahiran Sumatra Barat 2 Februari 1963 ini mengatakan, "Mulai saat ini, bangsa Indonesia harus berpikir bahwa raksasa Asia adalah Indonesia."
Selamat bertugas, Uda Indra! Jalan menuju tahun keemasan sepakbola Indonesia masih panjang. Tapi bukan mustahil digapai lebih cepat dengan pelatih-pelatih seperti Anda, juga pemain-pemain militan seperti Ravi Murdianto, Rully Desrian, Awan Setho Raharjo, Febly Gushendra, Muhammad Sahrul Kurniawan, Putu Gede Juni Antara, Hansamu Yama Pranata, Muhammad Fatchu Rochman, Dimas Sumantri, Mahdi Fahri Albaar, Muhammad Hargianto, Dio Permana, Zulfiandi, Paulo Oktavianus Sitanggang, Evan Dimas, Hendra Sandir Gunawan, Yabes Roni Malaifani, Dinan Yahdian Javier, Ilham Udin Armayin, Maldini Palii, Muchlis Hadi Ning Syaifullah, Muhammad Dimas Drajad, Angga Febriyanto Putra, dan lain-lain.
Hanya, saya berharap Coach Indra Sjahfri tetap rendah hati. Beberapa kali saya merasa kaget dengan kata-katanya, seperti, "Korea tak ada apa-apanya. Tidak hanya menang, kita juga main-mainkan Korea. Kita kolongin mereka!"
Menganggap diri lebih tinggi dari lawan itu penting, untuk membangkitkan kepercayaan diri. Menggertak lawan itu perlu, untuk menciutkan nyali mereka. Tapi, jangan sampai keterusan. Karena Allah tidak suka orang yang sombong. Kan selama ini, tim Garuda Jaya punya citra religius dan down to earth. Antara lain ditunjukkan dengan sujud syukur, doa, cium tangan pelatih, tidak boleh dugem, dilarang bertato, selalu minta restu orangtua setiap akan bertanding, dan sebagainya. Mungkin ini juga salah satu rahasia sukses Timnas U-19.
Indra pernah mengatakan takut anak asuhnya jadi besar kepala setelah menjuarai Piala AFF U-19. Saya kira, contohkan saja bagaimana menjadi pribadi yang rendah hati, Pak. Biar mereka menirunya.
Akhirnya, selamat menikmati kemenangan Anda. Memang, Garuda Jaya layak memecundangi juara bertahan Korea Selatan. Semoga sukses ini berkelanjutan di masa mendatang. Target yang terdekat adalah Piala Asia 2014.
- Tulisan: Brahmanto Anindito, penikmat bola Timnas Indonesia
Post a Comment for "Rahasia Indra Sjahfri dan Garuda Jaya"
Butuh artikel-artikel semacam ini? Atau, punya ide membuat buku tetapi kurang bisa menulis? Tidak sempat? Kami bersedia membantu menuliskannya secara profesional. Kami juga menyediakan jasa editing maupun rewriting tulisan dalam bahasa Indonesia maupun Inggris.