Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pesan dari Laut untuk Pengguna Plastik

Kantong plasti degradable bukan jaminan
- Oleh Win Andriyani

Dulu, kita sering diingatkan untuk tidak banyak-banyak menggunakan kantong plastik ketika berbelanja. Sekarang, anjuran itu agak jarang terdengar. Pasalnya, “Itu saran kuno. Sekarang supermarket udah pinter, Mbak. Pada sedia kantong plastik yang degradable. Dua tahun, plastiknya bisa hancur sendiri. Nggak kuatir lagi deh kalau kita pakai banyak kresek gini!” Begitulah kata seorang pembeli yang mungkin juga mewakili pendapat Anda. Tapi pertanyaannya, benarkah plastik degradable itu sebuah solusi?

Di satu sisi, iya. Itu inovasi yang patut diapresiasi. Plastik-plastik dari supermarket modern memang tidak awet. Dalam 2-3 tahun, ia akan berlubang-lubang, hingga akhirnya hancur sendiri. Namun, saran untuk tidak banyak-banyak menggunakan plastik masih relevan.

Anda tahu, plastik degradable tetap butuh kondisi tertentu agar bisa terurai di lingkungan. Suhu tinggi, sinar matahari, dan oksigen adalah syarat utama penguraian tersebut. Misalkan plastik itu terbuang ke selokan, masuk sungai, kemudian terseret ke laut, bisa dipastikan plastik itu akan sulit hancur. Ingat, laut itu gelap, dingin, kurang sinar matahari, dan minim oksigen.

Hanya sebagian kecil dari sampah plastik itu yang bisa didaur ulang. Itu pun dalam waktu yang sangat lama. Inilah yang kemudian memicu kerusakan ekosistem laut. Salah satunya ketika mikroplastik seukuran plankton tertelan biota laut dan masuk rantai makanan.

Mikroplastik tersebut pada gilirannya terbawa sampai ke atas meja makan, dalam bentuk ikan, udang, kerang, dan makanan laut lainnya yang kemudian Anda masukkan perut. Bisa membayangkan? Jangankan di perut Anda, di lingkungan laut saja plastik-plastik berbahan polietilena (PE), polypropylene (PP) dan polyvinyl chloride (PVC) tidak bisa terurai.

Di darat, plastik ramah lingkungan oxo-degradable memang dapat hancur dalam dua tahun. Tapi di laut, penguraian itu butuh waktu hingga lima tahun. Padahal, menurut UNEP (sebuah program lingkungan dari PBB), tiap tahun ada tambahan 20 juta ton sampah plastik baru!

Kalau ini berulang terus, tidak hanya sea food yang terancam beracun, laut pun takkan seindah hari ini. Belum lagi, bencana-bencana tak terduga lainnya. Ingat, alam akan mengembalikan semua yang ia terima dari kita. Kita memberinya sampah, ia pun akan memberi kita sampah. Mungkin dalam bentuk tsunami, banjir, atau lainnya. Celakalah kita!

Sialnya, ini memang perbuatan kita! Riset Jenna R. Jambeck dan tim pada awal 2015 menyebutkan, Indonesia adalah "pembuang" sampah plastik ke laut terbanyak setelah China. Posisi setelah Indonesia adalah Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Jadi, mari kita hentikan semua ini sebelum terlambat. Mari kurangi kebiasaan kita menggunakan plastik dan menyampah. Jangan pernah merasa aman dengan janji “Ini Plastik Degradable” atau “Akan Hancur dalam 2 tahun” dalam kresek supermarket.

Post a Comment for "Pesan dari Laut untuk Pengguna Plastik"