6 Hal Lucu di Instagram
Tidak bisa dipungkiri, Instagram atau IG adalah media sosial (medsos) yang sedang booming saat ini. Jika sasaran produk Anda adalah kaum milenial atau anak-anak Zaman Now, Instagram wajib hukumnya dimiliki oleh brand Anda.
Namun di luar sisi popularitasnya, selama sekitar dua tahun bermain Instagram, saya menemukan banyak hal yang membuat saya tersenyum kecut dari medsos yang kepunyaan Mark Zuckerberg ini. Berikut enam di antaranya:
(1) Hashtag atau tagar #likeforlike, #like4follow, #followforfollow, dsb. adalah lawakan yang pertama. Sekitar 2-3 tahun lalu, tagar-tagar ini mungkin masih bisa diandalkan untuk “saling membantu”. Namun belakangan, tagar semacam ini kebanyakan hanya dimanfaatkan orang-orang yang ingin meraup likes sebanyak-banyaknya, tanpa mau repot-repot membalas like.
(2) Instagrammer seleb (dicirikan dengan jumlah follower jauh lebih banyak dari following-nya) mengikuti akun Anda? Jangan buru-buru bangga. Karena semua akan unfollow pada waktunya. Tidak peduli Anda sudah follow balik atau belum. Ya, memang ada pengecualian. Ada selebgram-selebgram yang baik hati, tetapi jumlahnya segelintir.
(3) Yang lebih lucu, ada Instagrammer jelata (jumlah follower dan following-nya tidak sampai selisih berkali-kali lipat seperti selebgram) yang kelakuannya serupa. Orang-orang semacam ini pasti ingin menjadi selebgram. Jadi, sesedikit mungkin mengikuti akun lain, tetapi sebanyak mungkin mendapat pengikut. Tentu saja taktiknya adalah follow dulu lalu meng-unfollow, kalau perlu sampai follower-nya jutaan dan following-nya nol. Namun sebelum cita-cita itu terwujud, biasanya teman-teman IG-nya (yang sadar telah dikadali) justru satu per satu akan balas meng-unfollow dia duluan. Kasihan.
(4) Tidak di Facebook, tidak di Instagram, selalu ada saja orang yang jarang berinteraksi di postingan kita, tetapi bolak-balik mengajak kita chatting. Padahal yang diobrolkan bukan hal yang penting dan privat juga. Para penghobi chat dan inbox ini seolah tidak tahu bahwa tidak semua orang hobi mengobrol berdua begitu.
(5) Sampai sekarang, IG menonaktifkan setiap URL di postingan maupun komentar. Sehingga muncullah trik-trik seperti "Mau tahu lebih detail? Cek link-nya di bio" yang rasanya kurang efektif (kecuali kalau yang baca sangat penasaran dan butuh setengah mati dengan konten itu). Tidak praktis buat follower kita (yang harus repot-repot balik memeriksa bio kita), juga tidak praktis buat kita (harus terus edit postingan dan profil kalau ada link baru).
(6) Yang paling kocak, menurut saya, adalah akun-akun yang memasang banyak foto dengan caption “GESER KE KIRI”, lalu di gambar terakhir ada tulisan semacam, “Yang like saya doakan bisa segera pergi haji.” Atau, “Yang like dan komen, gue doain doain masuk surga.” Saya tidak pernah habis pikir, apa maksud dan korelasinya? Bolehlah kalau dibilang ini pembodohan. Ya, semacam “Ketik 4 di Komentar dan Perhatikan Yang Terjadi pada Gadis di Foto Ini!” Namun tahukah Anda, yang like bisa ribuan sampai puluhan ribu. Jangan-jangan Anda juga? Hahahaha….
Demikianlah hal-hal yang menurut saya ironis dan menggelikan dalam praktik ber-Instagram. Bagaimanapun, semuanya kembali pada etika bermedsos. Semoga kita semua, termasuk saya, bisa semakin cerdas, jujur, bijak, dan beretika dalam bermedsos. Aamiin.
- Tulisan: Brahmanto Anindito (IG: @braindito)
Namun di luar sisi popularitasnya, selama sekitar dua tahun bermain Instagram, saya menemukan banyak hal yang membuat saya tersenyum kecut dari medsos yang kepunyaan Mark Zuckerberg ini. Berikut enam di antaranya:
(1) Hashtag atau tagar #likeforlike, #like4follow, #followforfollow, dsb. adalah lawakan yang pertama. Sekitar 2-3 tahun lalu, tagar-tagar ini mungkin masih bisa diandalkan untuk “saling membantu”. Namun belakangan, tagar semacam ini kebanyakan hanya dimanfaatkan orang-orang yang ingin meraup likes sebanyak-banyaknya, tanpa mau repot-repot membalas like.
(2) Instagrammer seleb (dicirikan dengan jumlah follower jauh lebih banyak dari following-nya) mengikuti akun Anda? Jangan buru-buru bangga. Karena semua akan unfollow pada waktunya. Tidak peduli Anda sudah follow balik atau belum. Ya, memang ada pengecualian. Ada selebgram-selebgram yang baik hati, tetapi jumlahnya segelintir.
(3) Yang lebih lucu, ada Instagrammer jelata (jumlah follower dan following-nya tidak sampai selisih berkali-kali lipat seperti selebgram) yang kelakuannya serupa. Orang-orang semacam ini pasti ingin menjadi selebgram. Jadi, sesedikit mungkin mengikuti akun lain, tetapi sebanyak mungkin mendapat pengikut. Tentu saja taktiknya adalah follow dulu lalu meng-unfollow, kalau perlu sampai follower-nya jutaan dan following-nya nol. Namun sebelum cita-cita itu terwujud, biasanya teman-teman IG-nya (yang sadar telah dikadali) justru satu per satu akan balas meng-unfollow dia duluan. Kasihan.
(4) Tidak di Facebook, tidak di Instagram, selalu ada saja orang yang jarang berinteraksi di postingan kita, tetapi bolak-balik mengajak kita chatting. Padahal yang diobrolkan bukan hal yang penting dan privat juga. Para penghobi chat dan inbox ini seolah tidak tahu bahwa tidak semua orang hobi mengobrol berdua begitu.
(5) Sampai sekarang, IG menonaktifkan setiap URL di postingan maupun komentar. Sehingga muncullah trik-trik seperti "Mau tahu lebih detail? Cek link-nya di bio" yang rasanya kurang efektif (kecuali kalau yang baca sangat penasaran dan butuh setengah mati dengan konten itu). Tidak praktis buat follower kita (yang harus repot-repot balik memeriksa bio kita), juga tidak praktis buat kita (harus terus edit postingan dan profil kalau ada link baru).
(6) Yang paling kocak, menurut saya, adalah akun-akun yang memasang banyak foto dengan caption “GESER KE KIRI”, lalu di gambar terakhir ada tulisan semacam, “Yang like saya doakan bisa segera pergi haji.” Atau, “Yang like dan komen, gue doain doain masuk surga.” Saya tidak pernah habis pikir, apa maksud dan korelasinya? Bolehlah kalau dibilang ini pembodohan. Ya, semacam “Ketik 4 di Komentar dan Perhatikan Yang Terjadi pada Gadis di Foto Ini!” Namun tahukah Anda, yang like bisa ribuan sampai puluhan ribu. Jangan-jangan Anda juga? Hahahaha….
Demikianlah hal-hal yang menurut saya ironis dan menggelikan dalam praktik ber-Instagram. Bagaimanapun, semuanya kembali pada etika bermedsos. Semoga kita semua, termasuk saya, bisa semakin cerdas, jujur, bijak, dan beretika dalam bermedsos. Aamiin.
- Tulisan: Brahmanto Anindito (IG: @braindito)