Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Istimewanya Jalan Kaki menurut Buku In Praise of Walking

Istimewanya Jalan Kaki menurut Buku In Praise of Walking
  • Judul: In Praise of Walking
  • Sub-judul: The New Science of How We Walk and Why It’s Good for Us
  • Penulis: Shane O’Mara
  • Penerbit: The Bodley Head
  • ISBN: 9781847925015
  • Tebal: 224 halaman
  • Terbit: Agustus 2019

Alih-alih berjalan kaki, Anda mungkin lebih suka menggunakan kendaraan untuk bepergian, meskipun dalam jarak dekat. Pilihan ini, menurut penulis buku In Praise of Walking, patut disayangkan dan boleh dibilang kurang bersyukur.

Manusia pada dasarnya memiliki cara berjalan yang elegan dan mewah. Berjalan tegak dengan kedua kaki merupakan keunikan spesies kita yang sulit ditiru oleh binatang manapun, atau robot canggih sekalipun.


Berjalan Kaki dengan Tegak Butuh Otak yang Canggih

Berjalan Kaki dengan Tegak Butuh Otak yang Canggih

Mari kita amati makhluk bernama sea squirt. Pada tahap awal perkembangannya, binatang ini melesat di sekitar kolam batu untuk mencari makanan. Untuk memudahkan gerakan ini, sea squirt muda mengembangkan satu mata, otak, dan sumsum tulang belakang.

Setelah itu, ia mengalami perubahan besar. Begitu menemukan batu untuk ditinggali, seekor sea squirt tidak pernah bergerak lagi. Ia terjebak di sana, kemudian mulai memakan otak, mata, dan sumsum tulang belakangnya sendiri. Sebab, sea squirt merasa tidak membutuhkan lagi semua itu.

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari sini? Sama seperti sea squirt, jika tidak bergerak, Anda mungkin juga akan memakan otak Anda. Secara harfiah!

Para biolog baru-baru ini membuat perbandingan gen dari dua spesies, yaitu skate kecil (sejenis ikan pari) dan tikus. Ternyata, mereka memiliki banyak gen yang berhubungan dengan pergerakan tubuh. Gen yang sama ini menentukan sumsum tulang belakang, penempatan anggota badan atau sirip mereka, dan otot serta saraf di dekatnya.

Gen yang berkaitan dengan aktivitas berjalan, sesuai sejarah evolusi, sebagian besar tampaknya berkembang di bawah air.

Namun, manusia tentu sangat unik. Dengan cara berjalan dua kaki yang efisien, kita dapat menempuh jarak jauh sambil membawa barang atau menggandeng anak. Kerabat terdekat kita saja, yakni kera, tidak mampu melakukan itu. Demikian pula robot.

Keterampilan berjalan seperti ini tidak datang begitu saja. Latihannya cukup panjang. Seorang balita manusia rata-rata berjalan 2.368 langkah dan 17 kali jatuh setiap jamnya.

Kita sepatutnya bersyukur, karena otak manusia mampu menguasai tugas yang rumit ini. Otak kita terus mengalibrasi posisi tubuh agar tetap seimbang ketika berjalan (hanya) dengan dua kaki. Selain otak, sumsum tulang belakang sebenarnya juga memiliki peran penting dalam mengontrol ritme bernapas, jantung berdetak, dan berjalan.

Sekadar mengingatkan, sumsum tulang belakang juga bagian yang dimakan sea squirt dewasa setelah terkunci di batunya. Makanya, jangan mau seperti sea squirt!

Berjalan Kaki Mengaktifkan “Sel GPS” Kita

Berjalan Kaki Mengaktifkan “Sel GPS” Kita

Bukan hanya untuk mekanisme berjalan, otak juga penting untuk mengetahui arah perjalanan kita.

Sebelum era ponsel pintar, katakanlah Anda harus berjalan kaki dari Highgate, London Utara. Lalu kembali ke rumah Anda di Streatham yang jauh ke selatan. Tidak ada peta, apalagi Google Maps. Bagaimana Anda melakukan tugas ini?

Anda bisa menggunakan naluri burung dara. Kita semua memiliki kemampuan bawaan ini untuk bergerak ke arah yang umum untuk mencapai suatu tujuan.

Berjalan melewati jantung kota London, menyeberangi Sungai Thames dan menyusuri selatan, penulis berhasil menemukan jalan pulang, meskipun ia melewati daerah yang asing baginya. Ia mampu melakukan ini karena kemampuan menemukan jalan tidak sepenuhnya bergantung pada petunjuk visual.

Indra penglihatan tidak terlalu mempengaruhi pemahaman spasial kita. Dalam sebuah eksprimen, orang-orang yang ditutup matanya dan orang-orang dengan gangguan penglihatan ternyata melakukan hal yang sama dengan mereka yang memiliki penglihatan normal.

John O'Keefe pernah meneliti bagaimana otak menentukan posisi kita. Ahli saraf itu menemukan bahwa ketika tikus mengembara ke tempat yang mereka ketahui, sel-sel tertentu di sekitar hipokampus otaknya menyala.

Sementara, sel-sel lain menyala ketika mereka pindah ke tempat lain. Ini dikenal sebagai sel tempat. Manusia juga memilikinya. Sel-sel ini memberi tahu lokasi kita, dan bekerja paling efektif saat kita berjalan kaki.

Penelitian lebih lanjut mengungkapkan jenis sel otak lain yang membantu kita bergerak. Sel arah itu berfungsi seperti kompas alami yang menunjukkan orientasi kita. Ada juga sel yang merespons objek di dekatnya. Penulis sendiri telah mencoba sel perimeter yang merespons batas-batas yang mengelilingi kita.

Kesatuan fungsi sel-sel tersebut mirip dengan fungsi Global Positioning System (GPS) di ponsel pintar kita. Ya, menurut buku In Praise of Walking, otak kita sebenarnya memiliki peranti GPS sendiri yang terus-menerus memperbarui diri saat kita berjalan-jalan.

Passeggiata dan Kota Ramah Pejalan Kaki

Passeggiata dan Kota Ramah Pejalan Kaki

Di Italia saat malam, Anda mungkin melihat penduduk setempat berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal mereka, sambil mengobrol atau memakan piza
dengan teman dan tetangga. Tradisi ini disebut passeggiata.

Mengingat kehidupan sehari-hari kita yang padat dan sibuk, sangat penting untuk secara rutin menyediakan waktu untuk kegiatan-kegiatan seperti ini. Walaupun sayangnya, kota-kota besar pada umumnya tidak memberi kita kemudahan untuk melakukan hal-hal seperti itu.

Lebih dari setengah populasi global tinggal di kota dan daerah perkotaan. Angka ini barangkali akan meningkat menjadi 80-90 persen pada 2050.

Para perencana kota cenderung menanggapi hal ini dengan memprioritaskan pembangunan infrastruktur untuk kendaraan-kendaraan bermotor. Sebaliknya, infrastruktur untuk pejalan kaki tidak terlalu diprioritaskan.

Ini ironis, menurut penulis In Praise of Walking. Sebab, pada dasarnya, kota-kota justru lebih efektif bila kita lalui dengan berjalan kaki. Dengan perencanaan kota yang sadar sepenuhnya akan manfaat berjalan kaki, passeggiata bukan hanya tradisi orang Italia. Kita pun dapat menirunya.

Namun, kita harus menciptakan desain kota yang ramah pejalan kaki dahulu. Apa saja yang diperlukan? Penulis In Praise of Walking menggunakan akronim EASE:

  • Easy. Mudah dijalani. Fasilitas-fasilitas seperti toko, toilet umum, sekolah, dan lain-lain harus ada dalam jarak yang terjangkau oleh pejalan kaki.
  • Accessible. Dapat diakses oleh siapa saja. Perhatikan kepentingan para lansia dan penyandang disabilitas. Tempat penyeberangan, misalnya, harus dirancang agar orang tua dapat melaluinya dengan mudah.
  • Safe. Jalan-jalan harus dibuat aman, nyaman, serta menyehatkan. Perbanyak ruang terbuka hijau (RTH), seperti Hyde Park di London, Central Park di New York, atau Cubbon Park di Bangalore. 
  • Enjoyable. Menyenangkan dan menarik bagi banyak orang. Jalanan seharusnya hampir seperti ruang tamu yang didekorasi dengan indah dan membuat betah.

Akses mudah ke pertokoan dan perkantoran membuat aktivitas ekonomi lebih semarak. Beberapa ekonom menemukan banyaknya waktu yang seseorang habiskan di dalam mobil berbanding terbalik dengan produktivitas ekonominya.

Berjalan Kaki Dapat Menjadi Obat Terbaik

Berjalan Kaki Dapat Menjadi Obat Terbaik

Bayangkan bagaimana perasaan Anda setelah melalui hari yang panjang di kantor, atau setelah terjebak di rumah sepanjang hari. Marah? Suntuk? Stres?

Banyak penelitian yang menyimpulkan betapa kepribadian seseorang benar-benar berubah ketika tidak bergerak. Kurangnya aktivitas fisik terbukti menyebabkan berkurangnya tingkat ekstraversi, keterbukaan, serta keramahan seseorang.

Tidak jelas bagaimana ketidakaktifan bisa menyebabkan perubahan tersebut. Yang pasti, ada satu solusi mudah untuk memulihkan dampat negatif ini. Ya, dengan berjalan kaki!

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa orang menghabiskan rata-rata 87 persen waktu mereka di lingkungan buatan semacam rumah atau kantor.

Penelitian itu juga menunjukkan bahwa menghabiskan waktu untuk berjalan, terutama di luar ruangan, baik untuk menciptakan perasaan sejahtera. Kasus depresi pun dapat dicegah hingga 12 persen jika setiap orang bersedia menghabiskan waktu hanya satu jam per minggu untuk melakukan aktivitas fisik.

Studi lain di Inggris menunjukkan bahwa mengunjungi lingkungan alami seperti pedesaan atau ruang hijau benar-benar efektif membuat orang merasa pulih secara mental.

Kegiatan berjalan secara teratur berperan dalam produksi sel-sel otak baru yang membantu memori dan pembelajaran. Ditambah, ada efek berjalan pada penguatan otot-otot sebagaimana manfaat berolahraga pada umumnya. Dengan terus bergerak, otot tidak melemah atau menciut.

Sebuah penelitian di Ottawa, Kanada, meminta orang untuk berjalan dengan jarak yang sama melalui dua rute yang berbeda. Beberapa berjalan di tepi sungai, sementara yang lain berjalan melalui terowongan. Setelah jalan-jalan, mereka diminta untuk menilai suasana hati mereka.

Hasilnya, mereka yang berjalan di luar mendapat skor lebih tinggi.

Jadi, jika Anda ingin membangun sel-sel otak baru, merangsang otot-otot Anda, atau hanya merasa lebih baik, solusinya sama: berjalan-jalanlah di luar ruangan. Makin hijau lingkungannya, makin baik.

Berjalan Kaki Meningkatkan Kreativitas

Berjalan Kaki Meningkatkan Kreativitas

Pada 1843, matematikawan Irlandia, Sir William Rowan Hamilton, sedang mengalami kebuntuan dengan pekerjaannya di bidang bilangan kompleks. Untungnya, Hamilton memiliki kebiasaan berjalan-jalan dua jam setiap hari ke tempat kerja di pusat kota Dublin. Di salah satu perjalanan inilah inspirasi muncul:
i2 = j2 = k2 = ijk = -1

Itulah ilham yang ia butuhkan. Hamilton segera mencabut pisau lipatnya dan mengukir formula itu di jembatan tempatnya berdiri.

Peristiwa ini menjadi ikonik puluhan tahun berikutnya. Saat ini, setiap tanggal 16 Oktober, para matematikawan mengadakan kegiatan Hamilton Walk untuk memperingati peristiwa datangnya inspirasi itu.

Berjalan kaki memang telah mengilhami segala macam kreativitas, bukan hanya di bidang matematika. Beberapa di antaranya:

  • “Saat kaki saya mulai bergerak, pikiran saya mulai mengalir,” aku Henry David Thoreau.
  • Puisi William Wordsworth, Tintern Abbey, ditulis selama perjalanan panjang. 
  • “Hanya pikiran yang dicapai dengan berjalan yang memiliki nilai,” kata Friedrich Nietzsche.

Namun, bagaimana mungkin berjalan kaki yang sederhana memiliki efek sedahsyat ini?

Otak Anda memiliki dua mode, yaitu aktif dan asli. Saat otak dalam Mode Aktif, ia fokus pada tugas dan melakukan hal-hal secara detail, seperti menghitung sesuatu.

Dalam Mode Asli, pikiran bebas mengembara, menelusuri, dan memproses ingatan. Kegiatan ini tidak sesederhana kedengarannya. Sangat penting untuk menjaga otak tetap teratur dan pemikiran Anda tetap tajam.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa kreativitas terjadi ketika dua cara berpikir ini jalan bersamaan. Dan berjalan kaki adalah cara yang bagus untuk mendorong otak melakukannya. Berjalan kaki, atau lebih spesifiknya navigasi spasial, merangsang bagian otak di sekitar hipokampus yang juga merupakan bagian otak yang aktif dalam memori.

Berjalan kaki mungkin tidak menolong dengan masalah non-kreatif seperti perhitungan matematis. Tetapi untuk pemecahan masalah yang kreatif, seperti menemukan rumus matematika baru, kegiatan ini dapat sangat membantu.

Penulis menyebut aktivitas berjalan kaki ini sebagai kemalasan yang aktif, yakni membiarkan pikiran Anda mengembara dengan bebas, tetapi tetap fokus.

Berjalan Kaki adalah Aktivitas Sosial

Berjalan Kaki adalah Aktivitas Sosial

Jalan kaki bukan selalu aktivitas seorang diri yang membuat khayalan mengembara. Berjalan kaki pada dasarnya juga bersifat sosial. Mark Twain tahu itu. “Kenikmatan tertinggi dari berjalan kaki berasal dari pembicaraan,” tulisnya.

Sebuah studi menemukan bahwa orang tua yang berjalan sekitar 150 menit setiap minggu lebih aktif secara sosial. Mereka juga memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua yang berjalan lebih sedikit.

Berjalan kaki juga merupakan langkah penting dalam perkembangan sosial anak kecil. Begitu mampu berjalan, mereka akan lebih banyak bermain dan bersuara.

Bahkan, berjalan sendirian tetap memiliki aspek sosialnya. Pikirkan tentang ziarah. Orang mungkin melakukannya sendiri, tetapi masih ada rasa solidaritas dalam kegiatan itu. Mereka menyatukan pejalan kaki dengan orang lain yang memiliki keyakinan atau tujuan yang sama.

Jalan-jalan sendirian di kota pun sebenarnya ditentukan oleh orang-orang dan keramaian yang Anda temui di sepanjang jalan.

Namun, berjalan kaki bersama orang lain mungkin tetap sangat penting, dan juga menarik secara ilmiah. Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana Anda dan sesama pejalan kaki cenderung menyamakan langkah Anda? Fenomena ini didasarkan pada proses otak yang sangat kompleks, karena melibatkan prediksi apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok Anda selanjutnya.

Menurut penulis buku In Praise of Walking, ini adalah hal lain yang masih tidak bisa dilakukan robot.

Sudah saatnya kita mulai menghargai kemampuan kita untuk berjalan kaki. Keluarlah dari rumah atau kantor, rangsanglah otot dan otak Anda untuk menuai manfaat mental serta fisik.

Saran itu juga berlaku untuk pembuat kebijakan pemerintah, perencana kota, serta orang yang bekerja di bidang kesehatan. Orang harus didorong untuk berjalan di setiap belokan. Sebab, berjalan adalah bagian sentral dari apa yang membuat kita menjadi manusia.

Poin Penting Buku In Praise of Walking

Poin Penting Buku In Praise of Walking

Berjalan kaki sangat baik bagi tubuh dan otak kita. Di luar manfaat-manfaat olahrga, kegiatan ini efektif untuk meningkatkan suasana hati, kreativitas, serta kemampuan bersosialisasi. Kita semua, termasuk para perencana kota, harus lebih memperhatikan manfaat-manfaat ini.

Manusia menghadapi masalah yang tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, sepanjang waktu. Namun terkadang, terlalu fokus pada suatu masalah dapat membuatnya makin sulit untuk diurai.

Jadi jika Anda membutuhkan solusi yang kreatif, menurut penulis In Praise of Walking, istirahatlah. Berjalan-jalanlah dan biarkan pikiran Anda mengembara. Anda mungkin akan kagum dengan solusi yang nanti Anda temukan di jalan.

Post a Comment for "Istimewanya Jalan Kaki menurut Buku In Praise of Walking"