Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Aset Digital Pengganti Situs Web

5 Aset Digital Pengganti Situs Web

Dulu, situs web disanjung-sanjung sebagai aset digital yang wajib dimiliki bila ingin bisnis kita hadir di dunia maya. Lalu seiring berjalannya waktu, pesona platform ini berangsur-angsur memudar. Sekarang, situs web dapat dijadikan "pemain cadangan" belaka, bahkan tidak diperlukan sama sekali.

Entah ini sebuah ironi atau hal yang patut kita syukuri. Yang jelas, sekarang sebuah perusahaan rintisan (start-up) atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat berjalan baik tanpa memiliki situs web. Sebagai penggantinya, Anda cukup memiliki salah satu dari lima aset digital ini:

1. Media Sosial (Medsos)

Banyak orang sudah mengetahui potensi medsos. Bahkan sebagian pebisnis dan pekerja lepas telah mengandalkannya selama bertahun-tahun untuk mendulang pundi-pundi mereka. Mereka tidak memiliki situs web, tetapi akun-akun medsosnya begitu aktif.

Medsos-medsos itu misalnya Facebook, LinkedIn, Instagram, Twitter, Pinterest, GoodReads, DeviantArt, atau lainnya. Masih bingung memilih medsos yang cocok untuk usaha kita? Silakan baca panduan kami di sini.

Ya, medsos juga dapat dibuat jualan, atau minimal membangun brand. Beberapa seperti Facebook, bahkan memiliki fitur bisnis dan e-commerce, sehingga Anda tidak perlu lagi menggunakan akun pribadi untuk berjualan, jilbab kekinian, umpamanya. Semua fasilitas telah tersedia.
  • Kelebihan Medsos: Populer, tempatnya ramai, dan suasananya akrab. Pengoperasiannya juga mudah.
  • Kekurangan Medsos: Dari waktu ke waktu, Anda harus mengikuti aturan pembuat platform. Selain itu, jangkauan organiknya semakin lama sengaja semakin diperkecil, agar orang terdorong untuk beriklan (keluar uang) jika ingin memopulerkan kontennya.

2. Marketplace

Arti harfiah dari marketplace adalah pasar. Inilah tempat pembeli dan penjual bertemu untuk bertransaksi, dalam hal ini, secara daring. Sebagaimana pasar tradisional, tanggung jawab produk dan layanan berada di masing-masing pemilik toko, bukan pemilik marketplace.

Jika seseorang tertarik suatu barang, ia bisa membeli dan membayarnya langsung di marketplace tersebut. Pengiriman barang akan diatur oleh penjual, dengan menggunakan fasilitas dari pemilik marketplace.

Contoh marketplace adalah BukaLapak, Tokopedia, Amazon, dan Alibaba. Anda dengan mudah dan gratis dapat memiliki toko di sana serta membangun reputasi. Logika sederhananya, jika reputasi toko Anda baik, barang Anda akan laris. Maka tanpa membuat situs web sendiri pun bisnis Anda pasti baik-baik saja.
  • Kelebihan Marketplace: Platform ini memang dibuat untuk berjualan, terutama untuk produk-produk fisik dan digital, jadi sangatlah praktis serta efektif.
  • Kekurangan Marketplace: Kurang cocok bila produknya berupa jasa atau layanan. Selain itu, lapak yang Anda miliki pasti serba terbatas dan terikat aturan-aturan pemilik platform.

3. Aplikasi Ponsel Pintar (Smartphone App)

Banyak konsumen berselancar di dunia maya dengan ponsel pintarnya, alih-alih laptop atau komputer. Alasan utamanya mudah ditebak: praktis. Dengan satu aplikasi Gojek, misalnya, Anda sudah bisa memesan ojek, taksi, kirim paket dalam kota, beli pulsa, memesan makanan, membayar banyak merchant dengan Gopay, dan masih banyak lainnya.

Contoh lain? Setelah menginstal aplikasi Telkomsel atau Ooreedo, Anda tidak perlu lagi mengunjungi situs webnya atau repot-repot mengetik USSD (seperti *123*4*5*6#) untuk sekadar mencari informasi paket data atau promo-promo. Semua informasi sudah tersedia dan dapat dieksekusi langsung melalui aplikasi. Praktis, bukan?

Ke depannya, aplikasi akan semakin banyak mengambil alih fungsi situs web. Lihatlah, portal berita, agen travel, Wikipedia, bahkan medsos ikut dalam perlombaan menciptakan aplikasi. Sebab, mereka sadar benar akan pergeseran kebiasaan orang berinternet.
  • Kelebihan Aplikasi: Memberi nilai tambah pada konsumen, karena operasionalnya (seharusnya) lebih praktis dan cepat ketimbang situs web.
  • Kekurangan Aplikasi: Untuk membangun aplikasi yang andal tetapi ringan, biayanya mahal. Hati-hati juga, aplikasi tidak cocok untuk brand yang kurang terkenal, karena sulit sekali membuat orang mau mengunduh dan memakainya, apalagi jika fungsi aplikasi tidak terlalu penting atau unik. Pasalnya, aplikasi menguras memori ponsel, sehingga setiap pengguna pasti akan menyeleksinya secara ketat.

4. Kanal YouTube

Media audiovisual dapat memanjakan kedua indra sekaligus: mata dan telinga. Wajarlah bila popularitasnya terus meningkat. Hari ini, orang lebih suka menonton video eloknya Masohi daripada membaca tulisan tentang pantai dan bukit di Maluku Tengah itu.

Menonton film pun lebih praktis dibanding membaca novel. Harry Potter, contohnya. Menonton film satu judul hanya butuh tiga jam. Membaca novelnya? Pasti lebih lama dari itu, bahkan bisa berhari-hari!

Makanya, tidak heran bila memiliki kanal di YouTube lebih gampang kondang bila video-videonya memang bermanfaat, unik, dan temanya sedang dibicarakan orang. Begitu kanal YouTube mulai viral, Anda bisa menyisipkan informasi mengenai usaha Anda beserta kontaknya, baik di videonya langsung maupun di teks deskripsinya.
  • Kelebihan YouTube: Pontensi menjadi terkenal lebih besar karena semakin banyak warganet yang haus akan konten video (menandakan minat baca rendah?). Anda juga dapat mengais rezeki tambahan dari program iklan Adsense.
  • Kekurangan YouTube: Sama seperti medsos, aturan dan algoritma dari YouTube pun berubah dari waktu ke waktu. Anda harus selalu mengikutinya. Melanggarnya bisa berakibat diblokirnya video, ditutupnya kanal, atau bahkan denda (coba baca kasus tentang kanal anak YouTube).

5. Google Bisnisku (GMB)

Coba ketik sesuatu di kolom penelusuran Google. Perhatikan halaman hasil pencariannya. Di kolom atas atau kanan, terkadang ada profil bisnis yang cukup besar. Itulah listing Google Bisnisku atau Google My Business. Ada nama, alamat, peta (posisi di Google Maps), nomor telepon, foto, jam buka-tutup dalam sepekan, sampai apa kata konsumen mengenai bisnis itu.

Jika Anda pemilik bisnis itu dan sudah mengklaimnya, Anda dapat memperbarui status di sana (seperti di medsos) dan memosting penawaran khusus. Semua akan terpampang di halaman hasil pencarian Google. Kita pun akan dikirimi statistik mengenai pengunjung GMB kita secara berkala.

Lengkap dan andal, bukan? Makanya, tidak heran bila sebagian pebisnis atau pemilik UMKM merasa hanya perlu GMB untuk berjualan, baik barang maupun jasa. Tidak usah punya situs web, tidak masalah!
  • Kelebihan GMB: Representatif dan akan diprioritaskan muncul di halaman hasil pencarian Google. Bisa pula disambungkan langsung ke telepon maupun WA Anda.
  • Kekurangan GMB: Harus punya lokasi fisik (akan ada tim verifikasi Google). Bila ada pemilik usaha lain yang sejenis di kota Anda, maka kedua profil bisnis Anda ditampilkan bersamaan. Namun kekurangan yang paling signifikan, profil Anda hanya muncul di halaman hasil pencarian Google. Bila calon konsumen mencari dengan mesin penelusuran lain, jangan harap profil bisnis Anda tampil. Tidak bisa lompat pagar!



Itulah kelima alternatif aset digital bila menurut Anda situs web sudah kuno, terlalu mainstream, atau kurang praktis. Asal diseriusi, baik media sosial (medsos), marketplace, aplikasi smartphone, YouTube, maupun Google My Business (GMB) dapat menjadi lapak jualan dan media pembangunan brand yang efektif serta produktif. Sudah banyak pebisnis yang membuktikannya.

Namun saran terbaiknya, bukan mengandalkan satu aset. Cobalah buat semuanya. Meskipun nanti yang diisi atau diperbarui secara rutin hanya dua atau tiga aset digital saja. Selamat mencoba, selamat mengembangkan bisnis!

- Tulisan: Herlin Pitaya, Social Media Specialist Warung Fiksi

Post a Comment for "5 Aset Digital Pengganti Situs Web"