Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rahasia Membuat Warung Ramai

Tips membuat warung ramai



Anda ingin membuat warung baru tapi takut sepi? Khawatir tidak laku? Ya jangan bikin warung. Simpan saja uangnya di bank :P Semua orang tentu dihantui hal-hal semacam itu saat pertama kali berdagang. Solusi instan tentu ada. Misalnya jor-joran beriklan. Tapi langkah itu jelas akan mengeringkan kocek Anda, sehingga semakin takutlah Anda warung itu sepi.

Teman saya pernah membuat warung makanan. Saat pertama kali buka, warung itu terlihat ramai. Tapi ramainya adalah hasil pencitraan. Teman-teman dan pacarnya dia undang. Makan gratis! Motor dan mobil mereka disuruh parkir berjajar di depan warung. Tiap hari. Sehingga menimbulkan kesan, “Wow! Baru buka saja sudah ramai sekali warung ini!”

Tapi, malang tak bisa ditolak. Setelah warung disapih dari “pasukan bayaran” itu, jumlah pengunjungnya langsung drop. Warung menjadi sepi. Ternyata, tidak cukup banyak orang yang tertipu dengan trik “ramai-ramaian” itu. Hingga akhirnya, dia memutuskan menutup warung tersebut.

Apa moral dari kisah ini? Biarkan rezeki datang secara alami. Tidak perlu menciptakan suasana “seolah-olah”. Sebenarnya, warung tidak ramai di awal-awal itu sudah lumrah. Jangan panik. Hari pertama pembeli satu, Alhamdulillah. Pada hari ke-30 kan ada 30 pembeli. Lumayan. Terus saja bersabar, telaten, setia dengan usaha yang kita senangi.

Kalau mau main rekayasa, bisa saja. Tapi buatlah supaya rekayasa itu menguntungkan pihak yang benar-benar membutuhkan. Misalnya, seminggu pertama, undang anak-anak panti asuhan makan gratis. Hari Senin untuk rombongan dari Panti A, Hari Selasa untuk Panti B, dan seterusnya.

Tetap ramai, tetap promo, namun bantuan Anda sampai ke orang-orang yang tepat. Bukannya untuk teman-teman komunitas, kantor, atau saudara yang sama-sama mampunya itu. Selain itu, kalau beruntung, anak-anak panti itu juga akan ikut mendoakan warung Anda.

Anda sendiri tinggal memaksimalkan usaha. Misalnya, pelajari ilmu marketing, promosi, mengkaji apa yang dilakukan pesaing, silaturahim ke pengusaha sejenis yang terbukti telah sukses, memperbaiki rasa serta kualitas masakan, menjaga kebersihan warung, dan tak kalah penting: jangan judes dengan tamu.

Saya punya cerita yang mungkin bisa menginspirasi Anda tentang arti pelayanan. Suatu siang, seorang pebisnis mampir ke sebuah restoran. Dia memesan makanan di menu, tapi minumnya Coke Zero.

Pelayan mengatakan, “Maaf, kami ada kontrak eksklusif dengan Pepsi, Pak. Jadi, di sini tidak menyediakan produk Coca Cola. Kalau Diet Pepsi bagaimana, Pak?”

Pebisnis itu menggeleng. Dia memilih memesan teh tawar dingin saja.

Beberapa menit kemudian, pesanannya tiba. Seporsi menu makanan dan segelas teh tawar. Tapi tak lama, ketika dia sedang makan, pelayan tadi datang membawa segelas Coke Zero dan es batu. “Ini untuk Anda,” katanya.

Sang Pebisnis mengerutkan kening. “Tadi katanya tidak menyediakan Coke Zero…”

“Benar, Pak. Tadi memang tidak ada. Kami baru membelikannya di toko sebelah.”

“Lho, bukannya ada kontrak dengan Pepsi? Tidak boleh jual Coca Cola?” pebisnis itu semakin heran.

“Ya, kalau menjual memang dilarang keras, Pak,” pelayan itu tersenyum. “Tapi kalau memberikannya, saya kira masih boleh. Itu Coke Zero gratis dari kami, Pak.”

Kira-kira, bagaimana perasaan pebisnis itu?

Kira-kira, apakah dia akan balik ke restoran itu dan menjadi pelanggan tetapnya?

Kira-kira, apakah dia akan menceritakan pengalaman berkesan ini ke teman-temannya?

Ya! Tentu saja!

Memberi pelayanan yang baik adalah rahasia umum sebuah bisnis yang sukses. Namun memberikan hal yang lebih, yang tidak terduga, selalu akan menciptakan momen “wow” di benak konsumen. Dan momen itulah yang akan mereka ingat terus.

- Tulisan: Arta Nusakristupa